BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehidupan adalah ciri yang membedakan objek yang
memiliki isyarat dan proses penopang diri (organisme hidup) dengan objek yang
tidak memilikinya,baik karena fungsi-fungsi tersebut telah mati atau karena
mereka tidak memiliki fungsi tersebut dan diklasifikasikan sebagai benda
mati.Ilmu yang berkaitan dengan studi tentang kehidupan adalah biologi.
Organisme hidup mengalami metabolisme, mempertahankan homeostasis,
memiliki kapasitas untuk tumbuh, menanggapi rangsangan, bereproduksi, dan
melalui seleksi alam beradaptasi dengan lingkungan mereka dalam generasi
berturut-turut.. Sebuah susunan beragam dari organisme hidup (bentuk kehidupan)
dapat ditemukan di biosfer di bumi, dan sifat-sifat umum dari organisme ini
tumbuhan, hewan, fungi, protista, archaea, dan bakteri adalah bentuk sel
berbasis karbon dan air, dengan organisasi kompleks dan informasi genetik yang
bisa diwariskan.
Dalam filsafat dan agama, konsepsi kehidupan dan
sifatnya bervariasi. Keduanya menawarkan interpretasi mengenai bagaimana
kehidupan berkaitan dengan keberadaan dan kesadaran, dan keduanya menyentuh
isu-isu terkait, termasuk sikap hidup, tujuan, konsep tuhan atau dewa, jiwa
atau kehidupan setelah kematian.
B. Rumusan Maslah
1) Apa keanekaragaman itu?
2) Bagaimana
asal usul keanekaragaman?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keanekaragaman Makhluk Hidup
Keanekaragaman
makhluk hidup/keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity)
adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang
secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat
juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem
atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran
kesehatan sistem biologis.
Keanekaragaman
hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki
keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus
menurun jika semakin jauh dari ekuator.
Keanekaragaman
hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi.
Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang
lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme
uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan
ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan
eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi,
iklim, dan luar angkasa.
B. ASAL USUL
KEANEKARAGAMAN
Bagaimana kehidupan
itu mulai terjadi? Dari ekstrapolasi fosil dan dinamika gunung berapi,
diperkirakan pada awal terjadinya kehidupan, atmosfer terdiri dari H2,
NH3, H2O, N2, CO2, O2,
dan CO2. Pada masa itu, diperkirakan banyak sekali terdapat muatan
listrik di atmosfer, sehingga geledek (petir) masih sering menyambar di siang
hari. Menurut Oparin (1983), kehidupan hanya dapat terjadi apabila bahan baku
utama (basa Purin dan Pirimidin) terdapat di alam.
Maka percobaan dilakukan dengan mengatur udara dengan jumlah yang sesuai dari
magma yang keluar dari gunung berapi. Udara tersebut disimpan dalam suatu alat
untuk mensimulasi keadaan di atmosfer purba. Kemudian dengan diberikan bunga
api sebagai pengganti geledek. Ternyata diperoleh sekitar sepuluh macam asam
amino, aldehida dan juga HCN. Percobaan dengan HCN dan amonia dalam alat
simulasi ternyata dapat menghasilkan Adenin, dan asam arotik.
Proses fotokimia dengan sinar matahari dapat mengubah HCN menjadi Urasil.
Sejak tahun 1861,
orang sudah memproduksi gula dari formadelhid. Pengetahuan ini diulangi kembali
pada tahun 1961, ketika ditemukan bahwa formadelhid (formalin) yang
dipolimerisasikan, ternyata membentuk gula ribosa dan bukan gula deoksiribosa.
Penemuan ini menjelaskan bahwa RNA ternyata adalah produk yang mungkin lebih
awal dari DNA. Dengan demikian diperkirakan bahwa kehidupan awal dimulai dari
RNA dan bukan DNA.
Kenyataan ini masih
menjadi masalah yang diperdebatkan dengan sejumlah argumen berbeda antara lain:
1.
Kelompok yang pro DNA sebagai
materi kehidupan esensial menyatakan bahwa RNA tidak stabil, dan mudah sekali
terurai, karena strukturnya hanya single strand. Dengan demikian, mereka
meyakini bahwa kehidupan dimulai dari adanya DNA.
2.
Kelompok yang pro RNA, mengajukan
argumentasi bahwa:
RNA merupakan satu-satunya produk yang mungkin dibentuk dari alam dan
bukan DNA. Alasan lain ialah bahwa DNA yang berfungsi hanyalah satu rantai
saja, sedangkan templetnya tidak akan menghasilkan apa-apa. Kehidupan primitif
tidak mungkin dimulai dari sesuatu yang kompleks.
Penemuan yang
terbaru pada Tetrahyemena menunjukkan bahwa RNA yang sangat
pendek sekalipun dapat berfungsi katalitik, atau sebagai enzim. Hal ini tidak
dijumpai pada DNA, oleh karena DNA tidak mempunyai gugus 2′-hidroksil. Gugus
tersebut diperlukan dalam proses katalisasi, terutama pada tRNA yang memberikan
bentuk daun semanggi. DNA tidak dapat membentuk struktur tersebut karena gugus
tersebut sudah terisi oleh gugus oksigen (deoksi). Bentuk daun semanggi
dibutuhkan untuk mendapatkan kemampuan katalisis. Adalah sulit diterima, kalau
kehidupan awal terjadi tanpa katalisasi, hanya RNA yang mempunyai sifat ini
sedangkan DNA tidak.
Salah satu
keuntungan RNA adalah bahwa RNA dapat membelah diri dan mengadakan multiplikasi
tanpa DNA.Bukti lain menunjukkan bahwa DNA hanya berfungsi sebagai cetakan.
Untuk dapat berfungsi, maka paling sedikit akan dibentuk mRNA terlebih dahulu.
Dengan demikian, kehidupan awal yang masih sederhana dapat berlangsung dengan
adanya RNA. Apabila kehidupan berawal dari DNA, maka RNA tetap harus dibentuk
terlebih dahulu agar dapat berfungsi. Organisme yang paling primitif tidak
memiliki DNA.
Karena kehidupan awal adalah sederhana, maka para ahli
lebih cenderung meyakini bahwa RNA-lah yang muncul terlebih dahulu. DNA adalah
bentuk penyempurnaan, mengingat bahwa RNA mudah sekali terurai.
Meskipun
keanekaragaman (variabilitas) pada awal dikemukakan, prosesnya belum diketahui,
namun keanekaragaman merupakan faktor utama dari evolusi. Hal ini dikemukakan
oleh Lamarck, Darwin, maupun para pakar lain sesudah mereka. Tanpa ada
keanekaragaman, evolusi tidak akan terjadi. Di alam ada dua faktor yang bekerja
secara harmonis, yaitu faktor penyebab keanekaragaman, dan faktor yang bekerja untuk mempertahankan
keutuhan suatu jenis. Apabila dilihat secara tersedniri, maka kedua faktor
tersebut seakan bertentangan. Namun pada hakekatnya kedua faktor tersebut
bekerja dengan sangat harmonis.
Untuk melihat
bagaimana timbulnya keanekaragaman, kita harus mulai dari melihat struktur yang
paling kecil dari makluk hidup, tetapi sangat penting. Struktur tersebut adalah
DNA. DNA terdiri dari empat macam basa nitrogen Adenin (A),Citosin (C), Guanin (G),
dan Timin (T), serta RNA mempunyai Urasil (U)
pengganti Timin pada DNA. Keempat macam jenis basa nitrogen
berfungsi menyusun atau membentuk 20 asam amino esensial. Kini diketahui bahwa
kombinasi tiga dari keempat basa nitrogen tersebut akan membentuk satu asam
amino. Kombinasi ini dikenal dengan nama triplet kodon Secara
umum, tiap satu asam amino dikode oleh sekitar tiga macam kombinasi. Ada asam
amino yang dikode oleh satu kombinasi, sedangkan ada asam amino yang dikode
oleh enam macam kombinasi. Dengan demikian maka suatu asam amino dapat
dihasilkan lebih banyak banyak, bukan saja karena kode tersebut terdapat
berulang-ulang, tetapi karena ada lebih banyak kemungkinan. Yang menjadi
masalah sekarang ialah darimana terjadinya keanekaragaman. Adanya satu kode
genetik atau lebih mengkode asam amino belum dapat menerangkan dengan jelas
terjadinya keanekaragaman.
Sejak masa lampau, orang sudah
mempertanyakan mengapa umur suatu organisme sejenis tidak sama. Hal ini jelas
terlihat apabila kita memelihara suatu tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Keluarga-keluarga pada zaman dahulu umumnya mempunyai anak lebih dari dua. Hewan
pada umumnya juga mempunyai anak lebih dari dua. Misalnya, pada katak dapat
kita lihat bahwa jumlah telur yang dihasilkan berjumlah berratus-ratus butir.
Apabila semuanya hidup dan mampu berkembang biak, mungkin saat ini seluruh
permukaan bumi dipenuhi oleh katak, demikian juga bagi organisme lain. Namun
kenyataan menunjukkan bahwa hal ini tidak mungkin terjadi. Hanya individu yang
sehat dan kuat, atau yang sempurna dalam semua aspek kehidupannyalah yang dapat
bertahan.
Dalam kaitan ini, alam mengadakan seleksi
terhadap setiap struktur morfologi, anatomis, maupun fisisologi setiap
organsime.Misalnya, ikan dalam suatu akuarium yang selalu diberi makanan
secukupnya, semua kondisi hidup dicukupkan. Apabila semua individu ikan kita
seleksi sehingga dapat dikatagorikan sebagai sama dan hampir sempurna
sekalipun, ternyata jumlahnya hanya bertambah pada suatu periode. Selanjutnya
populasinya hanya berkisar pada jumlah tertentu saja. Padahal semua pasangan
yang hidup dalam akuarium tersebut sehat dan sangat berpotensi untuk berkembang
biak. Ada suatu hal yang menyebabkan ikan-ikan tersebut tidak berkembang biak,
yaitu ruang yang tidak cukup. Ikan-ikan tersebut seakan tahu, bahwa apabila
mereka terus berkembang biak, maka mereka tidak dapat bergerak bebas. Hal ini
yang disebut dengan daya dukung dari akuarium tersebut tidak cukup. Jadi selain
struktur biologis yang hampir sempurna, makanan yang cukup, ternyata daya
dukung suatu tempat ikut menentukan sukses tidaknya suatu jenis organisme dapat
bertahan di muka bumi.
Setiap organisme di dunia mempunyai kisaran
toleransi tertentu. Misalnya manusia muda (bayi) mempunyai kisaran toleransi
suhu tubuh dari 35 – 420C. Manusia dewasa biasanya batas toleransi
suhu antara 36 – 410C. Di luar kisaran toleransi tersebut manusia
tidak dapat bertahan, dan memerlukan usaha lain untuk mempertahankan dirinya.
Kisaran toleransi suatu organsime tidak hanya menyangkut suhu saja tetapi
berkaitan pula terhadap aspek-aspek biologis yang lain.
Semua atau hampir semua aspek-aspek
toleransi dan variasi yang terdapat pada suatu organsime terkait dengan
mekanisme kerja gen-gen tertentu pada organisme tersebut. Variasi organsime
yang terjadi akibat kerja gen-gen tertentu banyak sekali macamnya, misalnya:
1.
Wajah manusia tidak ada yang
sama. Sebenarnya hal ini berlaku pula pada tumbuh-tumbuhan dan hewan, namun
mata kita tidak mampu atau tidak dibiasakan untuk dapat membedakannya.
2.
Adanya variasi warna tubuh yang
terdapat pada ikan, kucing, anjing, sapi dan organisme-organsime lainnya.
3.
Adanya golongan darah yang
bermacam-macam.
4.
Adanya bermacam-macam mutan.
5.
Adanya ekotipe.
Jadi variasi itu memang ada.
Adanya variasi hanya dapat diterangkan secara adaptasi dan secara genetik. Variasi adaptasi, dapat kita lihat pada olahragawan yang otot-ototnya
lebih terlatih sehingga berukuran lebih besar dari kebanyakan orang. Namun
variasi adaptasi tidak dapat diturunkan secara langsung kepada keturunannya. Variasi genetiklah merupakan
satu-satunya kemungkinan yang dapat menerangkan proses evolusi. Secara genetik variasi dapat timbul
akibat mutasi. Namun mengapa kita jarang sekali melihat adanya mutasi? Apakah
mutasi terjadi sepanjang masa?
Mutasi adalah suatu
peristiwa yang umum terjadi. Diperkirakan selalu ada satu mutasi per 10.000 –
1.000.000. organisme, atau rata-rata sekitar 1/100.000 sel. Sedangkan jumlah
gen suatu organisme dapat mencapai 10.000. Dari angka ini dapat disimpulkan
bahwa kemungkinan terjadinya mutasi sangat banyak.
Berikut ini
dikemukakan beberapa akibat kejadian mutasi yakni:
1.
Mutasi mengubah struktur DNA, tetapi tidak mengubah
produk yang dihasilkan. Seperti yang
sudah dikatahui, DNA merupakan sumber informasi genetik. DNA akan
ditranslasikan menjadi asam amino, selanjutnya asam amino membentuk protein.
Ada asam amino yang dikode oleh satu kode genetik (kodon), tetapi ada juga yang
dikode oleh lebih dari satu (misalnya enam) kode genetik. Apabila mutasi
terjadi pada satu tempat pada DNA, tetapi tidak mengubah produk asam amino yang
dihasilkan atau dalam hal ini asam amino yang dihasilkan tetap sama, maka
mutasi tersebut tidak berakibat apa-apa (lihat penjelasan Mutasi titik Bab II).
2.
Mutasi mengubah struktur DNA, dan mengubah komposisi
produk, tetapi tidak mengubah fungsi produk yang dihasilkan. Dalam hal ini
terjadi perubahan produk, sehingga misalnya asam amino yang dihasilkan
adalah Lisin. Padahal kode genetik sebelum mutasi terjadi adalah
asam amino Treonin. Akibatnya terjadi perubahan dalam rantai
protein yang dihasilkan. Walaupun demikian, protein itu tidak mengalami perubahan
fungsi.
3.
Mutasi mengubah fungsi produk yang dihasilkan, tetapi tidak
berakibat apa-apa. Mutasi dapat berakibat lebih besar, sehingga fungsi
suatu protein berubah. Misalnya kita mengenal golongan darah ada beberapa
macam. Golongan darah yang lebih langka diduga sebagai hasil mutasi dari
golongan darah yang paling umum. Semuanya berfungsi normal, namun kalau
dilakukan transfusi darah dengan golongan darah yang lain, baru akibatnya dapat
dilihat.
4.
Mutasi mengakibatkan terjadi perubahan fungsi yang
besar, namun kejadiannya pada sel somatik, jadi tidak
diturunkan. Mutasi sel somatik jarang kita lihat. Sebagai
contoh, tahi lalat dapat dianggap sebagai suatu mutasi somatik yang diturunkan.
5.
Mutasi bersifat fatal, sehingga organisme tersebut mati, jadi tidak terlihat. Mutasi yang bersifat fatal ini
dikenal dengan gen lethal. Banyak gen lethal yang diketahui misalnya hemofilia.
6.
Mutasi yang menguntungkan. Contoh mutasi
menguntungkan sangat banyak. Mutasi yang menguntungkan dapat dilihat dari
banyak segi. Bagi manusia mutasi mungkin menguntungkan tetapi bagi organisme
lain mungkin merugikan. Misalnya, mutan ayam broiler, sapi pedaging,
menguntungkan bagi manusia tetapi bagi hewan tersebut tidak demikian, karena
hewan-hewan tesebut menjadi lemah, dan lamban sehingga lebih mudah dimangsa
predatornya.
Dari ke-enam kemungkinan di atas
kasus ke-lima yang berakibat fatal, sebenarnya paling umum terjadi. Sedangkan
kasus terakhir merupakan mutasi yang sering terlihat, sehingga kita menganggap
mutasi yang terjadi sedikit sekali.
Sistem biologis dan
atau sistem genetik adalah suatu sistem yang dianggap sempurna. Sistem ini
tidak akan menjadi suatu sistem yang baik, jika sistem tersebut tidak bersifat
baka (tetap). Kalau suatu sistem mudah berubah, itu bukan lagi suatu sistem.
Namun demikian evolusi tidak terjadi jika sistem biologis tersebut terlalu kaku
sifatnya. Organisme yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan akan
mudah musnah (punah) oleh suatu perubahan lingkungan/alam, baik yang terjadi
tiba-tiba maupun yang berlangsung lambat. Jadi pada setiap sistem selalu ada
kisaran toleransi yang terlihat dalam bentuk yang bervariasi. Dalam sistem
biologis terdapat dua macam faktor yang bekerja secara harmonis, yaitu
faktor-faktor yang bersifat konservasi (mengawetkan atau mempertahankan
keberadaan suatu organisme), dan faktor-faktor tersebut juga mempunyai
aspek-aspek yang memungkinkan terjadinya perubahan. Faktor-faktor tersebut
adalah materi genetik.
Bagaimana perubahan atau mutasi terjadi? Ada beberapa
hal yang memungkinkan terjadinya mutasi. Pada dasarnya kesalahan atau mutasi
terjadi dalam urutan basa nitrogen pada asam nukleat. Perubahan atau mutasi
tersebut terjadi akibat beberapa faktor antara lain:
1.
Tautomer. Suatu unsur yang diketahui mempunyai beberapa buah
isotop. Pada molekul suatu senyawa, kita mengetahui adanya isomer. Demikian
pula halnya dengan makromolekul biologis yang kita kenal dengan asam nukleat.
Asam nukleat juga mempunyai suatu sterio-isomer, yaitu mempunyai
dua macam molekul dengan bangun yang serupa tetapi seperti bayangan cermin dan
sifat kimianya sedikit berlainan dengan bentuk pasangannya. Pada umumnya Adenin akan
berpasangan dengan Timin atau Urasil (pada
RNA), sedangkan Citosin akanberpasangangan Guanin. Tetapi Adenin yang
merupakan bentuk sterio-isomer akan berpasangan dengan Citosin.
Demikian pula untuk sterio-isomer yang lain. Sterio-isomer
tersebut memungkinkan sebagai faktor penyebab terjadinya pasangan yang salah
dan mengakibatkan terjadinya mutasi. Untungnya jumlah sterio-isomer biasanya
sangat jarang atau bersifat tidak stabil, seperti halnya dengan isotop atau
bentuk kristal suatu molekul yang kita kenal.
2.
Struktur
Analog. Ada sejumlah molekul di dalam sel yang dapat berlaku
sebagai asam nukleat dan dengan demikian dapat berpasangan pada proses
replikasi, ataupun transkripsi dan translasi. Karena molekul tersebut adalah
molekul yang umumnya terdapat di dalam sel, maka molekul tersebut tidak akan
dideteksi oleh sel. Dengan demikian mungkin sekali terjadi kesalahan. Misalnya, bromo-urasil,
bromodeoksi-uridin, 2-amino-purin, inosin, hiposantin, dll.
Molekul-molekul tersebut berlaku sebagai asam nukleat pada proses replikasi
atau transkripsi, namun pada proses berikutnya tidak berfungsi tepat seperti
pasangan asam nukleat yang seharusnya berada pada rantai DNA di tempat
tersebut.
3.
Inhibitor. Bebrapa molekul
tertentu dapat menempati ruang pada DNA yang seharusnya diisi oleh suatu asam
nukleat. Misalnya, akridin, pseudo-uridin, metil-inosin, ribotimidin,
metil-guanosin, dan dihidroksi-uridin. Apabila
molekul-molekul tersebut menempati tempat asam nukleat, maka pada proses
berikutnya molekul-molekul tersebut tidak akan dikenal, sehingga terjadilah
penterjemahan yang salah oleh sel tersebut dan mengubah kode genetik
selanjutnya. Dengan demikian setiap inhibitor akan menyebabkan kode genetik
untuk seluruh rantai berikutnya mengalami perubahan.
4.
Radiasi. Ada bermacam-macam radiasi. Radiasi UV, radioaktif,
energi tinggi sinar matahari, juga merupakan penyebab mutasi.
Dari ke-empat faktor
penyebab mutasi di atas, faktor ke-tiga dan faktor ke-empat yang paling
dikenal, meskipun faktor pertama adalah penyebab yang paling umum. Ini adalah
perubahan yang kita tinjau dari segi gen, namun demikian mutasi dapat terjadi
pula pada struktur yang lebih besar, mislanya mutasi pada struktur kromosom
ikut memainkan peranan penting dalam evolusi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asal usul keanekaragaman
disebabkan oleh adanya beberapa faktor seperti mutasi gen sehingga turunan memiliki perbedaan
dengan nenek moyangnya
B. Saran
Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa materi yang kami buat
ini masih banyak kekurangan. Jadi untuk itu kami meminta kepada saudara saudari
semuanya untuk memberikan saran, kritikan, dan hal-hal lainnya yang bisa
membangun untuk menuju kepada yang lebih baik. agar manfaat ini dari
makalah ini dapat diambil penulis dan orang yang mambacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar